--===MARI BERBAGI===--

Arya Penangsang (7)


Arya Penangsang (7)

imagebam.com 

Siang itu, diruang dalam kedaton Jipang Panolan, tengah berkumpul para pembesar khusus. Pada hari itu, Arya Penangsang tengah mengadakan acara syukuran atas terselesaikannya masa puasa yang telah dijalaninya selama tiga bulan.
Dengan berpakaian kebesaran, Arya Penangsang nampak duduk dengan gagahnya dikursi indah. Bunyi gamelan mengalun mengiringi perjamuan tersebut. Di bawah, di lantai pualam yang putih bersih, para bangsawan nampak duduk bersila, berjajar dengan mengenakan pakaian kebesaran masing-masing.
Posisi duduk mereka berjajar, memanjang lurus. Ada dua kelompok barisan. Memanjang disebelah kiri dan kanan. Ditengah-tengah kedua barisan ini, tertata rapi hidangan syukuran. Beberapa daging panggang, lauk pauk, nasi tumpeng dan buah-buahan beraneka macam, tersaji disana.
Menjelang acara dimulai, gamelan mendadak berhenti. Patih Matahun yang duduk disebelah Arya Penangsang nampak menghaturkan sembah sejenak kearah junjungannya. Lantas beranjak berdiri dari tempat duduk.
Patih Matahun mewakili Arya Penangsang mengutarakan maksud di adakannya perjamuan disiang itu. Setelah Patih Matahun selesai mengutarakan maksud di adakannya acara syukuran tersebut, seorang ulama keraton segera melantunkan doa-doa.
Selesai doa dibacakan, gamelan mengalun kembali. Beberapa abdi dalem segera masuk dan membagi-bagi segala sesajian makanan yang sudah tersedia. Setiap bangsawan dilayani sebaik mungkin.
Perjamuan baru saja berjalan, manakala mendadak, seorang prajurid kawal khusus tergopoh-gopoh masuk keruangan memohon ijin memberikan laporan penting.
Seluruh yang hadir, tak terkecuali Arya Penangsang sendiri dan Patih Matahun, dibuat kaget oleh kehadiran seorang prajurid kawal khusus ini. Segera, Arya Penangsang memberikan isyarat agar prajurid tersebut mendekat saat itu juga.
Gamelan mendadak berhenti. Suasana menjadi tegang seketika. Ruangan menjadi sunyi dan hening. Seluruh bangsawan terdiam, mengawasi lekat-lekat sang prajurid yang tengah bergerak jalan duduk, sembari menduga-duga ada apakah gerangan yang terjadi?
Arya Penangsang memberikan isyarat agar sang prajurid segera memberikan laporan yang dibawanya. Diperhatikan oleh berpuluh-puluh pasang mata, dan didengar oleh berpuluh-puluh telinga dari semua yang hadir ditempat itu, sang prajurid berkata :
“Kasinggihan dhawuh, Kangjeng. Saya hendak memohon ijin membawa masuk seorang perumput istana. Kondisi dia sangat tidak baik. Dia membawa gulungan rontal yang katanya surat khusus buat Kangjeng..”
Wajah Arya Penangsang tegang.
“Bawa masuk dia!”
Sang prajurid menghaturkan sembah, lantas berjalan duduk mundur. Tak lama dia sudah keluar dari ruangan. Berselang beberapa tegukan minum, dia datang kembali sembari diiringi seseorang yang lain. Seseorang yang wajahnya berlepotan darah segar. Dengan sangat kesulitan, dia berjalan duduk mengikuti prajurid kawal khusus yang membawanya.
Melihat kehadiran sosok yang dibawa menghadap oleh prajurid kawal khusus barusan, seluruh yang hadir gempar!
Seseorang yang berlepotan darah yang tak lain adalah sang perumput malang itu terlihat menahan rasa sakitnya. Belum jelas bagian mana dari kepala sang perumput yang terluka karena darah segar yang terus merembes, sedikit banyak menutupi tempat luka berasal. Namun, semakin diperhatikan, akan semakin jelas, bahwa cuping telinga kiri sang perumput telah hilang! Seluruh yang hadir bisa menebak seketika, bahwa darah itu keluar dari luka dibagian telinganya yang telah tanggal!!
Mata Arya Penangsang dan Patih Matahun memperhatikan kondisi sang perumput tanpa berkedip. Begitu sang perumput dan prajurid kawal khusus telah berada tepat dihadapan Arya Penangsang, segera Arya Penangsang berkata :
“Ada apa? Ceritakan apa yang terjadi?! Dan surat darimana yang kau bawa untukku?!”
Sembari mengerang, sang perumput menghaturkan sembah. Tangannya yang berlepotan darah gemetar saat menghaturkan sembahnya. Sang perumput, didengar oleh Arya Penangsang, Patih Matahun dan seluruh bangsawan yang hadir segera menceritakan apa yang menimpanya!
Gemuruh suara seluruh yang hadir setelah mendengar laporan sang perumput. Arya Penangsang memerah wajahnya, segera dia meminta gulungan rontal yang dibawa sang perumput. Sang perumput mengulurkan gulungan rontal yang juga berlepotan darah. Arya Penangsang menyuruh Patih Matahun menerimanya dan segera membaca isinya.
Patih Matahun menerima gulungan rontal dari tangan sang perumput. Sembari berdiri, dia buka gulungan itu dan dengan suara keras, dibaca isinya :
He, Penangsang! Yen sira nyata Lanang Sejati, payo tandhing lawan ingsun. Dak anti sapinggiring bengawan tapel wates. Yen ora wani nekani, nyata sira wandu kang memba rupa! Budhala tanpa rowang! Ingsun wong Sela wus tan bisa suwe nahan sedyaning tyas kapengin nigas janggamu!
(Hai, Penangsang! Jika nyata Lelaki Sejati, mari bertanding denganku! Aku tunggu dipinggir sungai tapal batas. Jika tidak berani datang, jelaslah kamu seorang banci yang menyamar sebagai lelaki ! Berangkatlah tanpa prajurid! Aku orang Sela sudah gatal ingin memenggal kepalamu!)
Menggeram marah Arya Penangsang mendengar bunyi surat yang baru dibacakan. Tangannya mengebrak meja disebelahnya yang dipenuhi dengan nasi tumpeng! Meja terguling dan nasi diatasnya berburai seketika, berserakan mengotori lantai pualam disekelilingnya!!!
Arya Penangsang, dengan dada bergemuruh dan amarah yang sudah sampai dibun-ubun segera berkata keras kepada prajurid kawal yang nampak disitu :
“Siapkan Kyai Gagak Rimang sekarang juga!!!”
Prajurid yang diperintah menyembah dan tergopoh-gopoh jalan mundur.
Seluruh yang hadir kebingungan. Patih Matahun segera menyembah dan berkata :
“Nakmas Penangsang, mohon sabarkan hati sejenak. Biarkan saya memberikan perintah kepada Senopati Jipang agar menyiagakan seluruh prajurid!!”
Arya Penangsang tak bergeming! Matanya menerawang merah penuh amarah. Sejurus kemudian, prajurid yang diutus menyiapkan kuda nampak tiba kembali diruangan. Dia tengah memulai untuk berjalan duduk dengan maksud menghadap. Namun Arya penangsang sudah tidak sabar lagi, dia segera keluar dari ruangan tanpa permisi !!!
Patih Matahun kalut! Segera dia berkata :
“Nakmas Senopati!!”
Yang ditunjuk dan tengah duduk diantara para bangsawan menyembah!
“Segera siagakan seluruh prajurid Jipang Panolan sekarang juga!”
Yang diperintahkan menyembah sekali lagi dan mohon undur.
“Dan kepada semua priyayi yang hadir disini!” lanjut Patih Matahun, keras suaranya, ”Segera siagakan diri untuk bertempur dengan orang Sela!!”
Seluruh yang hadir riuh memberikan sembah! Dan bubar saat itu juga!!
Arya Penangsang telah menaiki kuda kesayangannya. Beberapa kepala prajurid berusaha mencegahnya, namun bukan Arya Penangsang jika tidak memenuhi tantangan seorang diri. Tanpa banyak bicara lagi, digebraknya Kyai Gagak Rimang! Kuda berwarna hitam mulus itu meringkik nyaring sejenak, lantas melesat keluar dari kompleks istana Jipang Panolan!!!
Seluruh kepala prajurid dan bangsawan Jipang geger melihat kenekadan Arya Penangsang! Seketika itu juga, gong beri, gong kecil yang biasa dibunyikan agar seluruh prajurid menyiagakan diri, segera terdengar dipukul bertalu-talu. Susul menyusul. Dari satu sudut istana , disusul sudut yang lain. Riuh rendah suaranya memekakkan telinga! Disana-sini, teriakan-teriakan komando-pun terdengar, berselang-seling, membuat se-isi istana Jipang gempar!!
Ditempat lain, Kyai Gagak Rimang telah melesat menuju perbatasan!!
Tumbangnya Ksatria Putihan.
Kyai Gagak Rimang melaju kencang, melesat ke arah sungai yang menjadi tapal batas wilayah Jipang Panolan dengan daerah yang belum berhasil diduduki pasukan Jipang.
Menjelang matahari condong ke barat, tepat seusai waktu dzuhur, barulah Arya Penangsang memperlambat laju kudanya!
Wilayah yang dibentangi aliran sungai dangkal ini adalah tapal batas kekuasaan Jipang Panolan. Diseberang sana, terbentang wilayah luas yang sudah direncanakan hendak diduduki pasukan Jipang.
Kyai Gagak Rimang meringkik nyalang manakala tali kekang kuda yang melilit lehernya ditarik kencang!! Serta merta, Kyai Gagak Rimang mengangkat kedua kaki depannya sejenak, lantas kembali menjejak ke tanah dan berjalan pelan memutar.
Mata Arya Penangsang menyipit mengamati keadaan sekeliling. Aliran sungai yang tak seberapa dalam nampak terus mengalir dengan tenangnya. Pepohonan lebat yang tumbuh diseberang sana, tumbuh di area berbukit tepat dipinggir aliran sungai, nampak lengang pula. Tak tampak sesuatu-pun yang mencurigakan.
Bergegas Arya Penangsang menarik tali kekang kuda, menuruni tanah berbukit yang menuju ke bawah, menuju ke aliran sungai. Begitu sampai dibawah, tepat dipinggir sungai, ternyata situasi benar-benar senyap! Tak ada siapapun disana. Hanya bunyi burung-burung hutan yang sesekali memamerkan suara ditambah suara sungai yang gemericik, menyambut kehadiran Arya Penangsang!
Arya Penangsang mendengus. Dengan mata memandang ke seberang, dia berteriak keras :
“Keparat!! Yen nyata lanang metuwa!! Aja singidan!!”
(Keparat!! Kalau nyata laki-laki, keluarlah! Jangan bersembunyi!!)
Suara Arya Penangsang menggema, memantul dari lereng ke lereng lain! Mengoyak kesenyapan yang sedari tadi menyergap daerah itu!
Tapi, begitu suara gema menghilang. Keadaan kembali sepi. Tak ada jawaban!
Arya Penangsang gusar! Merasa dipermainkan! Ditariknya tali kekang Kyai Gagak Rimang, nekad dia menyeberangi sungai! (Menurut kepercayaan Jawa, jika dua orang lawan sedang bertempur, dan diantara mereka terhalang sebuah sungai, bagi siapa saja yang berani menyeberangi, pasti akan kalah perangnya : Damar Shashangka)
Dan tepat ketika kaki-kaki Kyai Gagak Rimang tengah tertatih-tatih menapaki dasar sungai yang cuma sebatas lutut dalamnya, mendadak, terdengar bunyi riuh desingan!! Mata Arya Penangsang awas!! Dilihatnya berratus-ratus anak panah meluncur deras mengarah kearahnya!! Arya Penangsang mengumpat!! Namun sungguh luar biasa, bukannya dia kebingungan menghindar, malahan dia buka dadanya lebar-lebar!! Beberapa batang anak panah yang tepat mengarah ketubuhnya, terpental kesamping, tak bisa melukai kulitnya sama sekali dan langsung luruh masuk ke dalam aliran sungai!! Bahkan beberapa ada juga yang patah menjadi dua!! Tak hanya itu, anak panah yang sempat menyasar ke tubuh Kyai Gagak Rimang-pun mengalami hal yang serupa!! Kyai Gagak Rimang hanya terlonjak-lonjak saja ketika beberapa anak panah meluncur mengenai tubuhnya! Tak ada luka sedikit-pun ditubuh kuda hitam mulus itu!!
Bidikan anak panah mereda seketika!
Belum usai kegusaran Arya Penangsang, disusul dari arah seberang, keluar seekor kuda putih! Kuda itu dipacu menuruni lereng. Keluar dari balik pepohonan. Begitu jelas siapa yang hadir, mata Arya Penangsang melotot marah!! Jelas terlihat, seorang anak kecil, tengah menunggang kuda dengan tombak terhunus ditangan kanannya. Terdengar suara kecilnya nyaring tanpa ada kegentaran sedikitpun :
“Penangsang!! Aku lawan tandingmu!!”
Dada Arya Penangsang bagai dibakar api! Wajahnya bagai dicoreng dengan arang!! Betapa tidak! Seorang anak kecil dengan lancangnya berani sendirian menghadapinya dan bahkan sesumbar menantangnya!!! Ditariknya tali kekang Kyai Gagak Rimang! Kuda meringkik, kesusahan berjalan menapaki dasar sungai! Berusaha terus melaju ke arah seberang mendekati sosok kecil yang dengan gagahnya menenteng tombak disana!
Melihat Arya Penangsang mendekat, anak kecil tersebut memutar arah kudanya. Kyai Gagak Rimang telah berhasil melewati aliran sungai dan langsung berderap mengejar kuda putih didepannya! Begitu jarak sudah sedemikian dekat, mendadak terjadi keanehan! Tingkah Kyai Gagak Rimang seketika berubah!! Kepalanya mengangguk-angguk dan menjadi liar!!
Arya Penangsang terkejut menyadari perubahan yang terjadi! Kuda tunggangannya tidak pernah bertingkah aneh seperti itu selama ini. Sejenak Arya Penangsang kerepotan menarik tali kekang kudanya yang menjadi tak terkendali!! Ditengah usahanya membuat Kyai Gagak Rimang kembali patuh, mata Arya Penangsang melihat sekilas bagian belakang kuda putih yang tengah ditunggangi lawannya!! Arya Penangsang marah!! Dia menyadari sekarang mengapa Kyai Gagak Rimang bertingkah laku aneh! Rupanya, ekor kuda putih didepannnya sengaja diikat keatas, sehingga kemaluannya terlihat jelas! Dan Arya Penangsang semakin menyadari, kuda yang ditunggangi lawannya adalah kuda betina!!
Arya Penangsang mengumpat-ngumpat!! Kyai Gagak Rimang selama ini memang sengaja tidak diperkenalkan dengan kuda betina! Kyai Gagak Rimang adalah kuda tempur. Jika mengenal kuda betina dan sempat bersenggama, maka kemampuan tempurnya akan menurun! Dan kini, melihat kuda betina dengan kemaluan terbuka lebar seperti itu, Kyai Gagak Rimang tidak bisa menguasai birahinya!!
Ditengah kesibukan Arya penangsang mengendalikan keliaran Kyai Gagak Rimang, mendadak anak kecil yang menunggang kuda didepannya, memutar haluan kudanya. Berderap suaranya mendekat. Mata Arya Penangsang awas!! Namun keliaran Kyai Gagak Rimang semakin menjadi-jadi. Arya Penangsang panik!! Dan benar!!
Tombak ditangan kanan sang anak mengarah telak kearah lambungnya!!! Dan!!!
Arya Penangsang yang kerepotan diatas punggung kuda yang tengah melonjak-lonjak, tidak mampu menghindari tikaman tersebut!! Tombak Kyai Plered yang tajam langsung menembus lambungnya seketika itu juga!! Darah menyemburat!! Arya Penangsang menjerit kesakitan!! Dan yang mengerikan, begitu mata tombak ditarik, sebagian ususnya ikut terburai keluar!!!
Kuda putih berlalu dengan derapan kemenangan!! Arya Penangsang meringis kesakitan!! Diraihnya sebagian ususnya yang keluar dan langsung di kalungkan ke warangka keris Kyai Brongot Setan Kober yang terselip dipinggang kirinya!! Begitu ususnya tidak menjuntai dan terikat diwarangka keris, Arya Penangsang segera memutar tali kekang Kyai Gagak Rimang!! Kuda hitam itu mendengus-dengus dan berderap semangat mengejar kuda betina!! Begitu jarak sudah sedemikian dekat, Arya penangsang meraih tubuh kecil sang penunggang kuda putih dan membantingnya ketanah!!!
Jerit kesakitan terdengar!! Arya Penangsang segera turun dari punggung kuda!! Sosok kecil yang tengah terjatuh diatas tanah berusaha bangkit dan hendak melarikan diri, namun terlambat!! Leher kecilnya terpegang dan kembali terbanting ketanah!! Begitu tubuh kecil itu telentang tak berdaya, kaki kekar Arya penangsang langsung menginjak dadanya!! Suara kesakitan nyaring terdengar!!
Arya Penangsang beringas!! Diraihnya gagang keris Kyai Brongot Setan Kober!!
“Tunggu!!!!!!”
Mendadak terdengar bunyi nyaring!! Mata Arya Penangsang mencari asal suara! Terlihat empat orang berkuda keluar dari balik gerombol pepohonan mendekat kearahnya!! Dua diantara empat orang yang datang adalah Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan!
Belum selesai kemunculan empat orang tersebut, disusul suara riuh rendah derap kuda dari seberang sungai terdengar!! Mata Ki Juru Mertani awas!! Pasukan Jipang Panolan ternyata sudah tiba!! Cepat dia memberikan isyarat!!! Dua orang yang ikut dengannya segera mengeluarkan bendera merah!! Begitu melihat bendera merah terkibar!! Bunyi gemuruh pasukan Pajang membahana!!! Serempak keluar dari persembunyian masing-masing!! Perang besar akan segera terjadi!!!
Mata Arya Penangsang memerah!!
Ki Juru Mertani dan Ki Ageng Pemanahan menatapnya lekat-lekat! Dan mata Ki Juru Mertani serta Ki Ageng Pemanahan juga melirik usus Arya penangsang yang terburai dan tersampir diwarangka keris! Begitu keris itu dicabut, maka tamatlah riwayat Arya Jipang!!
“ Penangsang!!” teriak Ki Juru Mertani, ” Anak kecil itu putra Adipati Pajang!! Bunuh saja jika kamu berani!!!”
Arya Penangsang kalap!! Dia melihat anak kecil yang masih diinjak dengan kaki kanannya! Anak kecil yang tak lain adalah Danang Sutawijaya! Dengan diiringi geraman kemarahan yang tak tertahankan, dicabutnya Kyai Brongot Setan Kober dengan kasar!!! Arya Penangsang lupa, sebagian ususnya yang keluar tersampir disana!! Kemarahan membuat Arya Penangsang lupa!!
Begitu keris Kyai Brongot Setan kober tercabut, Arya Penangsang seketika menjerit keras!!! Ususnya ikut tercerabut seketika itu juga!!! Dengan tangan kanan yang terangkat keatas, gerakan Arya Penangsang terhenti!!! Tubuhnya tergetar hebat!!! Hanya sesaat!! Sejurus kemudian, tubuhnya tumbang ke tanah dan sekarat seketika itu juga!!!
Cepat Ki Ageng Pemanahan menarik tubuh Danang Sutawijaya yang ngeri ketakutan!! Dan langsung membawanya menjauhi arena!!
Dilain tempat, peperangan telah terjadi!! Pekik kemarahan berselang sering dengan jerit kesakitan!!! Tubuh-tubuh dari kedua prajurid bertumbangan ketanah!! Darah tertumpah!! Membuat aliran sungai menjadi berubah warna menjadi merah!!!
Senjata tajam berkelabatan tertimpa sinar matahari sore!! Berdenting! Mencicit mengincar nyawa lawan!! Nampak Patih Matahun mengamuk dibarisan depan!!
Ki Juru Mertani segera memerintahkan seorang kepala prajurid Pajang berteriak mengabarkan kematian Arya Penangsang! Yang diutus segera menjalankan tugas!! Sebentar saja, teriakan serupa disambut teriakan yang lain dari kepala pasukan Pajang!!
Berita kematian Arya penangsang membuat nyali pasukan Jipang menciut!!! Ditengah-tengah pertempuran dahsyat tersebut, dari sudut kesudut, terdengar suara bersahut-sahutan dari pasukan Pajang :
“Arya Penangsang wis matiiiiiiiiiii!!!!!”

Dampaknya luar biasa, sebentar saja, pasukan Jipang terdesak hebat!! Satu persatu, tubuh pasukan Jipang jatuh ketanah dengan luka menganga mengeluarkan darah segar!! Pasukan Pajang terus merangsak maju!!
“Aja mundur!!! Majuuuuuuuuuuu!!”

Terdengar teriakan Patih Matahun, disusul oleh kepala pasukan Jipang yang lain! Namun percuma! Nyali pasukan Jipang sudah turun drastis!! Bahkan, dibeberapa sisi, pasukan Jipang sudah kocar-kacir!! Jika diteruskan, seluruh pasukan Jipang akan terbabat habis tak tersisa!! Pasukan Pajang mengamuk bagai banteng ketaton!!!
Namun, Patih Matahun tak berniat mundur!! Ki Ageng Pamanahan segera memacu kuda mendekati posisi Patih Matahun!! Melihat kehadiran Ki Ageng Pamanahan, Patih Matahun langsung menyerang!! Pertempuran kedua priyayi dari Pajang dan Jipang ini terjadi!! Namun bagaimanapun juga, semangat Patih tua ini juga sudah banyak luruh!! Sebentar saja, dia sudah terlihat terdesak hebat!! Dan pada akhirnya, sebuah tusukan telak mengarah dadanya!! Patih Matahun meringis kesakitan dan tumbang ketanah!!!
Melihat Patih Matahun-pun telah tewas, beberapa kepala pasukan Jipang panik!! Pasukan Pajang terus membabat habis lawannya tanpa ampun lagi!! Mayat-mayat bergelimpangan semakin banyak!! Aliran sungai telah berwarna merah dan berbau anyir!!
Dan menjelang malam tiba, pasukan Jipang kocar-kacir!!! Pasukan Pajang terus bergerak menuju ibukota! Penduduk ibukota Jipang panik. Pasukan Pajang merangsak masuk istana Jipang! Jerit ketakutan terdengar disana-sini!! Banguna istana segera menjadi sasaran perusakan pasukan Pajang tanpa ampun!! Beberapa sudut istana dibakar!! Perlawanan dari sisa-sisa pasukan Jipang tidak berarti sama sekali!! Sebentar saja, menjelang dini hari, istana Jipang Panolan telah dikuasai pasukan Pajang!!
Gamelan ditabuh menandakan kemenangan pasukan Pajang!! Keesokan harinya, kabar kemenangan itu diteruskan ke Pajang. Beberapa prajurid diutus memberikan laporan kepada Adipati Adiwijaya!! Seluruh bangsawan Pajang menyambut kemenangan itu dengan suka cita!!
Tak menunda waktu lama, diutuslah beberapa prajurid ke Jepara untuk mengabarkan hal serupa kepada Ratu Kalinyamat. Ratu Kalinyamat bergembira dan bersedia menyudahi tapa telanjangnya. Dia lantas ikut rombongan pasukan Pajang menuju ibukota Pajang.
Kemenangan orang Sela tersiar kemana-mana. Tewasnya Arya penangsang membuat gempar seluruh bangsawan Jawa!! Tak terkecuali Sunan Kudus!!
Kini, tidak ada lagi penguasa Jawa yang kuat selain Adipati Adiwijaya di Pajang!! Beberapa minggu kemudian, upacara besar dilaksanakan. Disaksikan oleh para pembesar Demak Bintara, Ratu Kalinyamat menyerahkan tahta Demak Bintara kepada adik iparnya, Adipati Adiwijaya!! Keputusan ini banyak disokong oleh berbagai pihak!! Namun sesuai janji semula, Pajang harus berbentuk Kesultanan, bukan Kerajaan. Oleh karenanya, Adipati Adiwijaya lantas dikukuhkan sebagai seorang Sultan dengan gelar Kangjeng Sultan Adiwijaya. Kejadian ini bertepatan dengan tahun 1546 Masehi!
Putra Ki Ageng Pengging, kini telah resmi memegang tampuk pemerintahan Jawa. Ramalan Sunan Kalijaga, terbukti sudah!! Kini, Ki Mas Karebet atau Jaka Tingkir, telah menjadi seorang Raja, penguasa Tanah Jawa!!!

Dikutip dari bacaan ONLINE

Tidak ada komentar:

Posting Komentar