--===MARI BERBAGI===--

Arya Penangsang (2)


Arya Penangsang (2)

imagebam.com
Bagian 2
Rombongan Sultan Demak V atau Sunan Kalinyamat telah jauh meninggalkan wilayah Kudus. Tak terbersit sedikitpun dibenak Sunan Kalinyamat jikalau dibelakang mereka kini tengah mengejar sepasukan tempur Jipang Panolan. Hanya Ratu Kalinyamat yang mendapatkan firasat yang tidak mengenakkan.
Dan firasat itu terbukti ketika dari arah belakang, seorang penunggang kuda tengah memacu kudanya dengan kencang, menyusul kereta yang dinaiki Sunan Kalinyamat beserta Ratu Kalinyamat. Sang penunggang kuda itu berpakaian layaknya rakyat biasa, kini nampak tengah berusaha mendekati Lurah Prajurid Pengawal Sultan.
Ratu Kalinyamat tanggap, sang penunggang kuda itu tak lain adalah anggota Pasukan Telik Sandhibaya atau Pasukan Mata-Mata Demak Bintara. Nampak, Lurah Prajurid Pengawal Sultan, setelah melihat tanda anggota yang ditunjukkan oleh sang penunggang kuda, seketika memerintahkan seluruh rombongan berhenti.
Sang penunggang kuda yang baru datang nampak turun dari punggung kuda, menghaturkan sembah sembari mendekati Lurah Prajurid Pengawal. Terjadi percakapan sebentar. Disusul, Lurah Prajurid Pengawal-pun kemudian turun dari pungung kuda, dan berdua mereka berjalan menuju Kereta yang dinaiki Sunan Kalinyamat dan Ratu Kalinyamat.
Keduanya menghaturkan sembah dan melaporkan bahwa, dibelakang rombongan, kini tengah mengejar sepasukan tempur Jipang Panolan dengan bersenjatan lengkap!
Sunan Kalinyamat terkejut, namun tidak dengan Ratu Kalinyamat. Dia memincingkan mata, diam sejenak, lantas segera memerintahkan seluruh pasukan untuk mempersiapkan diri. Perintah Ratu Kalinyamat jelas, yakni bersiap untuk menghadapi pasukan Jipang Panolan apapun yang dikehendaki. Jikalau pihak Jipang Panolan menginginkan perang, maka hari ini juga, Ratu Kalinyamat akan memenuhi keinginan pasukan Jipang!
Dua orang prajurid ditugaskan menuju ibu kota Demak untuk menyampaikan perintah tertinggi Sultan Demak V yang diwakili Ratu Kalinyamat kepada seluruh angkatan bersenjata Demak agar mempersiapkan diri untuk memulai perang terbuka dengan pihak Jipang Panolan!
Ratu Kalinyamat sendiri yang memimpin rombongan Pasukan Pengawal. Dia kini keluar dari kereta dan menaiki seekor kuda. Ratu Kalinyamat terlihat gagah dan anggun ketika duduk diatas pungung kuda. Sorot matanya garang, sangat kontras dengan kecantikan wajahnya. Namun, walaupun begitu, malahan nampak terlihat semakin anggun!
Seluruh pasukan telah bersiap ditempat masing-masing menunggu komando. Medan perbukitan yang kini tengah mereka jajaki, telah siap mereka jadikan ajang pertempuran!
Dan benar! Dari arah berlawanan, sepasukan prajurid berkuda nampak datang! Jelas, atribut yang mereka kenakan memang berasal dari pasukan Jipang Panolan! Dari kejauhan, melihat pasukan Demak telah siap tempur, pasukan Jipang yang baru datang tersebut langsung menghunus senjata masing-masing dan langsung menyerbu pasukan Demak!
Ratu Kalinyamat dengan tenang menghunus kerisnya. Diangkatnya tinggi-tinggi keris tersebut dengan tangan kanannya. Lantas setelah dirasa sudah saatnya, Ratu Kalinyamat sontak lantang berteriak memberikan komando !
“Seraaaaaang!!!”
Gemuruh dan hiruk pikut suara pasukan Jipang Panolan yang tengah maju kini berbaur dengan gemuruh pekikan pasukan Demak yang juga maju menyambut kedatangan mereka!
Pertempuran tak terelakkan lagi! Ratu Kalinyamat dan Sunan Kalinyamat yang kini juga ikut turun dari kereta berganti menaiki seekor kuda, mengamuk di medan laga! Satu dua prajurid Jipang terbabat keris Ratu Kalinyamat tepat dileher! Sontak menjerit kesakitan dan sekarat dengan leher menganga mengucurkan darah segar!
Sungguh luar biasa sosok Ratu Kalinyamat! Dibalik kecantikan dan keanggunannya, kini dia berubah menjadi harimau betina yang pilih tanding! Kerisnya menyambar ke sana kemari, sangat cepat dan lihai!
Dipihak Jipang, pasukan dipimpin oleh Patih Matahun. Patih sepuh yang semenjak dulu setia mengabdi kepada Pangeran Suryawiyata dan sempat menghilang beberapa tahun semenjak pemberontakan Pangeran Suryawiyata dapat dipatahkan, kini, setelah Arya Penangsang tampil kedepan, Patih sepuh ini ikut tampil kembali.
Banyak prajurid Demak yang meregang nyawa terkena amukan Patih Matahun! Kelincahannya sangat mengagumkan! Kerisnya mencicit kesana kemari mengincar nyawa pasukan Demak!
Tingkah Patih Matahun menyita perhatian Ratu Kalinyamat. Harimau betina ini menggeram! Digebraknya kuda dan dengan sangat berani menyibak pertempuran dan melaju ke garis depan! Tujuan Ratu Kalinyamat tak lain adalah Patih Matahun!
Jika berkelahi dengan tangan kosong, Ratu Kalinyamat mungkin kalah tenaga dengan Patih Matahun. Namun jika beradu keahlian bermain keris, maka jangan sekali-kali meremehkan Ratu Kalinyamat!
Keris Ratu Kalinyamat mencicit tak terduga menelusup daerah vital lawan! Banyak prajurid Jipang yang ciut nyalinya melihat kelihaian Ratu Kalinyamat dalam bermain keris. Satu dua prajurid Jipang meregang nyawa sia-sia manakala hendak mencoba menghadang laju kuda harimau betina ini!
Dan Patih Matahun baru menyadari jika kini Ratu Kalinyamat tengah menuju ke arahnya! Patih sepuh ini segera bersiap diri. Ratu Kalinyamat terkenal mahir bermain keris dan Patih Matahun tidak berani sembarangan menghadapi perempuan cantik ini!
Dan benar! Begitu jarak mereka sudah sedemikian dekat, sembari terus memacu kudanya kencang, Ratu Kalinyamat menyabetkan keris kearah Patih Matahun! Serangan itu mengincar leher! Patih Matahun mencoba menghindar dengan cara memutar kudanya! Tapi ternyata, begitu jarak keris sudah sedemikian dekat, mendadak Ratu Kalinyamat mengubah serangan mengarah perut! Begitu cepat dan tak terduga! Patih Matahun kaget setengah mati! Tak urung, perutnya terkena sabetan keris Ratu Kalinyamat! Untung cuma tergores! Namun bagaimanapun juga, lukanya cukup lumayan!
Patih Matahun menggeram marah! Putri Sultan Trenggana ini ternyata memang mahir bermain keris! Jarang bisa ditemukan sosok seperti ini, walaupun seorang laki-laki sekalipun! Patih Matahun kini tidak berani main-main lagi!
Pertempuran semakin sengit!! Denting senjata diiringi teriakan-teriakan nyalang terdengar disana-sini! Diselingi pekik kesakitan dari mereka-mereka yang tengah terbabat senjata lawan atau yang tengah menggelepar meregang nyawa! Mayat telah banyak bergelimpangan dengan darah membasah!
Namun, jumlah pasukan Demak memang kalah banyak dengan jumlah pasukan Jipang! Pelahan dan pasti, pasukan Demak terpukul mundur!
Dan yang mengejutkan, terdengar teriakan-teriakan pasukan Jipang Panolan ditengah-tengah pertempuran. Teriakan-teriakan itu bersahut-sahutan :
“Sultan Demak wis matii!!! Sultan Demak wis matii!!”
(Sultan Demak tewas!! Sultan Demak tewas!!)
Ratu Kalinyamat terkejut mendengar bunyi teriakan-teriakan itu! Konsentrasinya seketika buyar! Patih Matahun tak menyia-nyiakan kesempatan itu! Ditubruknya tubuh Ratu Kalinyamat ! Patih Matahun meompat dari punggung kuda menabrakkan tubuhnya ke tubuh Ratu Kalinyamat!
Ratu Kalinyamat yang tak menduga akan hal itu tak sempat menghindar! Tubuhnya kontan tertimpa tubuh Patih Matahun! Keduanya jatuh terguling-guling diatas tanah! Dan celakanya, keris ditangan Ratu Kalinyamat terlepas dari genggaman!!
Sigap Ratu Kalinyamat bangkit dari tanah! Namun Patih Matahun lebih sigap lagi! Patih sepuh itu nampak kesetanan! Keris ditangannya mencicit mengarah dada Ratu Kalinyamat!
Ratu Kalinyamat bagai harimau kehilangan taring! Dia mencoba menghindar dan terus menghindar tanpa bisa membalas serangan!!
Ditempat lain, pasukan Demak mulai kocar-kacir! Kondisi pertempuran telah berubah drastis! Pasukan Demak terdesak hebat! Sebentar lagi, pasukan Demak akan menemui kekalahan!!
Ratu Kalinyamat panik! Serangan Patih Matahun terus mencercanya! Hingga disuatu ketika, posisi tempat Ratu Kalinyamat berdiri, kini tengah berada dibibir tebing! Mata Ratu Kalinyamat memerah! Nafasnya turun naik!! Dia memperhatikan Patih Matahun yang kini sudah dibantu oleh beberapa pasukan Jipang! Ratu Kalinyamat sadar, pasukan Demak sudah hampir kalah! Dan posisinya kini tengah berada diujung tanduk!
Dan, entah keberanian dari mana yang hinggap di benak Ratu Kalinyamat. Begitu mendapati dirinya terdesak, sontak, dia berbalik arah dan nekad terjun ke tebing dibelakangnya!
Patih Matahun yang hendak menabraknya terlambat! Tubuh Ratu Kalinyamat telah meluncur ke bawah dengan meninggalkan jeritan yang menggema!!
Patih Matahun kebingungan mengamati ke bawah tebing dimana Ratu Kalinyamat tadi melompat! Namun tidak lama, segera setelah itu dia memerintahkan beberapa prajurid untuk menuruni tebing dari sisi lain! Beberapa prajurid Jipang segera bergerak mencari jalan ke bawah!
Dimedan laga, prajurid Demak banyak yang tewas! Sisanya melarikan diri. Dan mayat Sunan Kalinyamat terlihat dibawa menepi oleh beberapa prajurid Jipang!
Hampir seharian, pencarian keberadaan Ratu Kalinyamat tidak mendapatkan hasil sama sekali. Patih Matahun menyimpulkan, putri Sultan Trenggana itu telah tewas didasar tebing. Dan berarti tugas mereka untuk membunuh Sunan Kalinyamat dan Ratu Kalinyamat telah berhasil dengan gemilang!
Kini, Patih Matahun dengan pasukan Jipang yang tersisa, tinggal kembali ke Jipang Panolan untuk menggabungkan diri dengan pasukan Jipang yang lebih besar, yang dipimpin oleh Arya Penangsang. Pasukan Jipang Panolan tengah mempersiapkan diri untuk bergerak ke ibu kota Demak Bintara.
Keesokan harinya, pasukan Jipang Panolan benar-benar bergerak ke ibu kota Demak Bintara! Angkatan bersenjata Demak yang memang telah mempersiapkan diri pula, menyambut pasukan Jipang Panolan walaupun mereka telah kehilangan sosok Sultan!
Dan tentu saja, sosok panutan tertinggi memang sangat berpengaruh bagi kondisi kejiwaan para prajurid. Pasukan Demak telah kehilangan semangatnya! Bahkan banyak kesatuan-kesatuan yang menyeberang ke pihak Jipang Panolan! Peperangan antara Jipang dengan Demak Bintara tidak memakan waktu lama! Demak Bintara berhasil ditaklukkan dengan sangat mudah!!
Para personil angkatan bersenjata Demak yang anti Jipang, banyak yang melarikan diri ke Kadipaten Pajang. Mereka mengabarkan kejatuhan Demak Bintara ditangan Arya Penangsang . Mengabarkan wafatnya Sultan Demak V beserta Ratu Kalinyamat, dan kini mereka hendak bergabung kedalam angkatan bersenjata Pajang!
Pajang gempar!! Adipati Adiwijaya atau Jaka Tingkir yang memang sudah lama mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi seperti ini, segera memerintahkan angkatan bersenjata Pajang untuk semakin mempersiapkan diri berperang dengan Jipang Panolan!
Situasi benar-benar memanas! Peperangan antara Jipang Panolan yang mayoritas diperkuat barisan Islam Putihan dengan Pajang yang mayoritas diperkuat barisan Islam Abangan dan Shiwa Buddha, sudah tampak didepan mata!
Bahkan terdengar kabar sekali lagi, Jepara kini telah diserang oleh Jipang Panolan!
Para Senopati Pajang telah meminta kepada Adipati Adiwijaya untuk mengeluarkan maklumat perang dengan Jipang Panolan. Namun atas saran Ki Mas Manca, Ki Wila, Ki Wuragil, Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani, seyogyanya Adipati Adiwijaya untuk sementara waktu melihat reaksi Dewan Wali Sangha atas peristiwa tersebut. Jika Dewan Wali Sangha nampak tidak menyetujui tindakan Arya Penangsang, maka tidak ada salahnya jika Pajang mengangkat senjata secara terbuka. Namun manakala pihak Dewan Wali Sangha malah merestui tindakan Arya Penangsang, maka harus dicari jalan lain demi menghadapi Jipang. Tidak boleh terlihat dipermukaan bahwa Pajang melawan Jipang jika Dewan Wali berpihak kepada Jipang. Namun harus ada tangan ketiga yang seolah-olah lepas dari Pajang yang harus menghadapi Jipang Panolan!
Sikap Dewan Wali belum jelas. Namun sikap Sunan Kudus sudah terbaca. Sunan Kudus menyetujui tindakan Arya Penangsang! Adipati Adiwijaya harus sabar menunggu reaksi Dewan Wali Sangha. Sebab jika gegabah menyerang Jipang, dan ternyata Dewan Wali merestui Jipang, bisa jadi, Cirebon dan Banten akan diperintahkan Dewan Wali membantu Jipang. Itu berarti, Pajang harus menghadapi tiga kekuatan sekaligus!
Adipati Adiwijaya sebenarnya sudah tidak sabar ingin berhadapan dengan Arya Penangsang yang katanya tak terkalahkan tersebut! Biarpun Sunan Kudus berada dibelakang Arya Penangsang, Adipati Adiwijaya alias Jaka Tingkir, tidak gentar sedikitpun! Namun saran dari pembantu-pembantu terdekatnya, memang patut dijadikan bahan pertimbangan. Walaupun istri sang Adipati, Nimas Sekaring Kedhaton, terus menangis mendengar dua orang kakak kandungnya, yaitu Sunan Prawata dan Ratu Kalinyamat, telah tewas ditangan pasukan Jipang Panolan!
Nimas Sekaring Kedhaton memohon kepada Adipati Adiwijaya agar berjanji membalaskan dendamnya kepada Arya Penangsang! Adipati Adiwijaya atau Jaka Tingkir, tidak bisa menolak permintaan istri kesayangannya tersebut!!
Namun bagaimanapun juga, reaksi dari Dewan Wali Sangha memang patut ditunggu. Setelah reaksi dari Dewan Wali keluar, maka saat itulah Pajang akan bergerak!!
Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani.
Dipihak Pajang, telah sekian lama mengabdi dua orang keturunan Raden Bondhan Kejawen. Kedua orang ini memang sengaja dititipkan oleh Sunan Kalijaga kepada Adipati Adiwijaya. Mereka adalah Ki Ageng Pamanahan dan Ki Juru Martani.
Ki Ageng Pamanahan atau Ki Gedhe Mentaram
Ki Ageng Pamanahan adalah putra dari Ki Ageng Mangenis Sela. Ki Ageng Mangenis Sela adalah putra dari Ki Ageng Sela. Ki Ageng Sela adalah putra dari Ki Getas Pandhawa. Ki Getas Pandhawa adalah putra dari Raden Bondhan Kejawen atau Ki Ageng Tarub II. Dan Raden Bondhan Kejawen adalah putra selir Prabhu Brawijaya V dengan Dewi Wandhan Kuning atau Dewi Bondrit Cemara, putri yang berasal dari daerah Wandhan atau Banda Niera sekarang. ( Baca catatan saya Misi Peng-Islam-an Nusantara dan Jaka Tingkir : Damar Shashangka).
Sedangkan Ki Juru Martani adalah putra dari adik Ki Ageng Sela. Ki Ageng Sela memiliki tujuh orang adik perempuan. Dan salah satunya menurunkan Ki Juru Martani.
Usia Ki Juru Martani dengan Ki Ageng Pamanahan tidaklah terpaut terlalu jauh. Walaupun begitu, Ki Ageng Pamanahan tetap harus memanggil paman kepada Ki Juru Martani. Karena bagaimanapun juga, Ki Juru Martani adalah adik keponakan dari Ki Ageng Mangenis Sela, ayah Ki Ageng Pamanahan.
Kedua keturunan Raden Bondhan Kejawen ini telah lama berguru kepada Sunan Kalijaga. Dan manakala Jaka Tingkir telah berhasil menjabat sebagai Adipati Pajang dengan gelar Adipati Adiwijaya, maka atas permintaan Ki Ageng Sela, Sunan Kalijaga diminta menitipkan kedua orang ini kepada Jaka Tingkir.
Mendapati trah Tarub dititipkan oleh Sunan Kalijaga guna mengabdi di Pajang, Jaka Tingkir-pun tak mampu menolaknya. Keduanya-pun diterima sebagai pemimpin kesatuan Prajurid Pengawal Adipati yang kedudukannya berada dibawah Lurah Prajurid Pengawal langsung.
Kecakapan Ki Ageng Pamanahan membuat Jaka Tingkir atau Adipati Adiwijaya merasa tidak salah telah mempercayainya sebagai salah satu pemimpin Prajurid Pengawal. Ditambah kepintaran Ki Juru Martani dalam hal siasat politik maupun militer, membuat Adipati Adiwijaya akhirnya mengangkat Ki Ageng Pamanahan sebagai Lurah Prajurid Pengawal Adipati dan Ki Juru Martani sebagai wakilnya.
Ki Ageng Pamanahan memiliki seorang putra yang masih muda belia. Danang Sutawijaya namanya. Kedekatan Ki Ageng Pamanahan secara pribadi dengan Adipati Adiwijaya membuat Danang Sutawijaya pada akhirnya diambil putra angkat oleh Sang Adipati dan dijadikan teman bermain Pangeran Benawa, putra Sang Adipati yang usianya juga tak terpaut jauh dengan Danang Sutawijaya!
Maka, jika Adipati Adiwijaya secara pribadi dekat dengan Ki Ageng Pamanahan, Pangeran Benawa-pun sangat akrab dengan Danang Sutawijaya. Jalinan persaudaraan-pun tercipta antara keluarga Adipati dengan keluarga Ki Ageng Pamanahan.
Hingga suatu hari, datanglah seorang pemuda dusun yang memohon untuk menghadap kepada Adipati Adiwijaya. Kehadiran pemuda ini menggemparkan seisi Kadipaten karena dia mengaku telah diutus secara langsung oleh Ratu Kalinyamat!!
Tanpa menunggu waktu, Adipati Adiwijaya memerintahkan pemuda itu untuk segera menghadap kepadanya!!

Adipati Adiwijaya (Ki Mas Karebet/Jaka Tingkir)

dikutip dari bacaan online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar