--===MARI BERBAGI===--

Arya Penangsang (3)


Arya Penangsang (3)

imagebam.com

Arya Penangsang (3)

Kedatangan pemuda dusun yang konon diutus oleh Ratu Kalinyamat tersebut benar-benar menggemparkan seisi Kadipaten Pajang. Secepatnya Adipati Adiwijaya menyuruh pemuda itu untuk menghadap. Adipati Adiwijaya menemui sang pemuda secara pribadi dengan hanya ditemani oleh Nimas Sekaring Kedhaton, Ki Mas Manca, Ki Wila dan Ki Wuragil.
Dari penuturan pemuda dusun tersebut, tahulah Adipati Adiwijaya dan seluruh yang hadir disitu bahwasanya Ratu Kalinyamat masih diberikan umur panjang. Menurut sang pemuda, tubuh Ratu Kalinyamat dia ketemukan tengah tersangkut disebuah batang pohon besar yang kebetulan tumbuh didasar tebing.
Dalam kondisi yang terluka teramat parah, Ratu Kalinyamat ternyata masih hidup. Sangat beruntung sekali Ratu Kalinyamat karena saat terjatuh dari atas tebing, tubuhnya tidak sempat terbentur bebatuan cadas. Dan lebih beruntung lagi karena tubuhnya menimpa sebatang dahan pohon raksasa yang tumbuhnya kebetulan memang miring. Sungguh suatu keajaiban yang tidak akan mungkin bisa terulang lagi!
Sang pemuda yang kebetulan tengah mencari madu hutan, tanpa sengaja mendapati sosok tubuh seorang wanita yang penuh luka dan darah disana-sini tengah tersangkut di sebuah batang pohon. Menitik dari pakaian yang dikenakan, jelas sosok ini bukan dari kalangan rakyat biasa. Mendapati sosok itu masih hidup dan tengah sekarat, segera saja sang pemuda melupakan tujuannya semula yang hendak mencari madu ke hutan. Dia segera membopong tubuh tersebut dan membawanya pulang ke desa!
Bekel atau Kepala Desa yang mendapat laporan tentang penemuan sesosok tubuh wanita dari sang pemuda, segera datang ke rumah sang pemuda untuk melihatnya sendiri. Sang Bekel kaget melihat pakaian kebesaran Demak Bintara melekat pada tubuh wanita yang terluka parah tersebut. Segera saja Sang Bekel memerintahkan ahli pengobatan yang tinggal di desa tersebut untuk segera memberikan pertolongan secepatnya.
Beberapa tulang yang cidera, dikembalikan lagi posisinya. (Dalam pengobatan Jawa dikenal dengan Ilmu Sangkal Putung, yaitu ilmu pengobatan khusus tulang yang mampu mengembalikan posisi cidera tulang akibat benturan keras. Sampai sekarang masyarakat Jawa yang tengah mengalami cidera akibat kecelakaan, masih banyak yang meminta bantuan ahli Sangkal Putung. Dan pada kenyataannya, memang sangat mujarab. Banyak penderita yang tertolong walaupun tidak harus mendatangi Rumah Sakit : Damar Shashangka.)
Luka-luka luar maupun luka-luka dalam, pelahan dengan pasti berangsur-angsur sembuh berkat ramuan yang diracik dari berbagai tanaman. Dan satu minggu kemudian, sosok wanita yang tak lain adalah Ratu Kalinyamat tersebut, baru bisa diajak bicara. Dan terkejutlah seisi penghuni desa tak terkecuali Sang Bekel mendapati pengakuan dari wanita tersebut bahwasanya dirinya tak lain adalah Ratu Kalinyamat, permaisuri Sultan Demak V yang kini telah tewas akibat terbunuh oleh pasukan Jipang Panolan!
Satu bulan kemudian, Ratu Kalinyamat telah mampu bangkit dari ranjang walau masih tertatih-tatih akibat cidera tulang yg dialaminya masih belum sembuh total.
Pada masa itu, interaksi antar penduduk satu desa dengan desa lain sangat-sangat terbatas. Disamping kebutuhan ekonomi mereka telah tercukupi dari hasil pertanian olahan sendiri, medan dan jalan-jalan penghubung antar daerah masih sulit dan terjal. Apalagi desa dimana Ratu Kalinyamat tertolong termasuk desa yang ada dilereng pegunungan. Maka bisa dibayangkan, betapa terisolirnya letak desa tersebut.
Bagi para penduduk desa, adalah sebuah kehormatan besar bagi mereka telah menolong seorang permaisuri Sultan Demak. Dan kepada pemuda yang dulu menemukan tubuh Ratu Kalinyamat pada mula pertama, Sang Ratu menjanjikan sebuah jabatan di pemerintahan.
Sang pemuda lantas diutus oleh Ratu Kalinyamat menyampaikan kabar keselamatannya ke Pajang. Dengan dibekali beberapa lembar Rontal yang telah ditulisi pesan pribadi dari Sang Ratu, dan setelah diwanti-wanti agar berhati-hati dijalan karena ini adalah tugas yang cukup rahasia dan berbahaya jika sampai diketahui oleh mata-mata Jipang, maka berangkatlah sang pemuda ke Pajang.
Adipati Adiwijaya berikut sang permaisuri, Nimas Sekaring Kedhaton benar-benar bersyukur kepada Hyang Widdhi mendengar kabar yang dibawa oleh sang pemuda yang kini tengah ada dihadapan mereka. Bahkan saking gembiranya, Nimas Sekaring Kedhaton meneteskan air mata bahagia.
Segera Adipati Adiwijaya membaca surat dari kakak iparnya yang diserahkan oleh sang pemuda. Nampak Sang Adipati mengerutkan dahi setelah membaca isi surat dari Ratu Kalinyamat. Disana tertulis bahwasanya Sang Ratu meminta kepada Adipati Adiwijaya supaya mengirimkan beberapa prajurid pilihan untuk mengantarkannya pulang ke Jepara. Para prajurid harus ‘nylamur lampah’ alias menyamar sebagai orang kebanyakan. Tidak hanya prajurid, Sang Ratu juga meminta agar dikirimkan pula beserta para prajurid, beberapa pelayan wanita.
Tujuan Sang Ratu ke Jepara adalah menuju sebuah gua rahasia yang tidak seorang-pun mengetahui letak gua tersebut kecuali Sang Ratu sendiri dan almarhum suaminya, Sunan Kalinyamat. Disana selain menyembunyikan diri, Ratu Kalinyamat juga bertekad akan melakukan TAPA WUDA atau TAPA TELANJANG. Ratu Kalinyamat tidak akan mengenakan selembar pakaian-pun selama Arya Penangsang belum mati terbunuh!!
Selain itu, Ratu Kalinyamat secara khusus meminta agar Adipati Adiwijaya memberikan ganjaran atau anugerah berupa uang yang sepantasnya kepada para penduduk desa yang telah berjasa menyelamatkan nyawanya. Dan khusus kepada pemuda yang telah menemukan tubuhnya ketika terluka parah, Ratu Kalinyamat memohon agar pemuda tersebut bisa diberikan kedudukan yang pantas dijajaran pemerintahan Kadipaten Pajang.
Membaca permintaan yang kedua dan ketiga dari Ratu Kalinyamat, bagi Sang Adipati tidak menjadi masalah untuk memenuhinya, namun membaca permintaan pertama dimana Sang Ratu hendak berniat menuju Jepara, membuat Adipati Adiwijaya merasa berberat hati.
Adipati Adiwijaya memutuskan agar sang pemuda untuk sementara mundur dahulu dari hadapan beliau. Dia diutus agar beristirahat untuk sementara waktu. Beliau sendiri hendak membahas isi surat Ratu Kalinyamat dengan Nimas Sekaring Kedhaton, Ki Mas Manca, Ki Wila dan Ki Wuragil secara pribadi.
Sang pemuda diantar beberapa prajurid pengawal Adipati menuju tempat peristirahatan yang telah disediakan baginya.
Tapa Telanjang Ratu Kalinyamat.
Jepara kini telah dikuasai oleh Jipang Panolan. Bila Ratu Kalinyamat nekad kembali ke Jepara, itu sama saja dengan ‘Ula marani gepuk’ atau mencari mati. ( Ula marani gepuk adalah istilah Jawa yang artinya kurang lebih, seekor ular malah mendekati tongkat pemukul yang hendak dipergunakan untuk meremukkan kepalanya : Damar Shashangka). Begitulah Adipati Adiwijaya berpendapat.
Namun, Nimas Sekaring Kedhaton malah berpendapat lain. Saat ini, malahan tempat yang dirasa paling aman bagi kakak kandungnya memang hanyalah wilayah Jepara. Karena walaupun Jepara memang telah dikuasai Jipang Panolan, namun Ratu Kalinyamat, bagaimanapun juga, telah hapal setiap jengkal tanah Jepara.
Bahkan, Nimas Sekaring Kedhaton dulu pernah mendengar bahwa kakak kandungnya memang memiliki tempat rahasia yang khusus, tempat yang kerap kali dia pergunakan untuk menyepi dan bertapa.
Hanya Ratu Kalinyamat dan almarhum suaminya, Sunan Kalinyamat saja yang tahu dimana letak tempat tersebut. Para prajurid Jepara-pun, tidak seorang-pun yang mengetahuinya. Konon letaknya berada disekitar Gunung Danaraja. Mungkin, jika benar Ratu Kalinyamat berniat untuk menyembunyikan diri disana, pihak Jipang dapat dipastikan tidak akan bisa menemukannya!
Ki Mas Manca, Ki Wila dan Ki Wuragil condong menyetujui pendapat Nimas Sekaring Kedhaton.
Apa yang telah diputuskan oleh Ratu Kalinyamat, tentunya memang sudah dipertimbangkan secara masak. Mungkin, selain beliau berniat untuk menyembunyikan diri ditempat yang paling aman menurut beliau, diam-diam Sang Ratu juga bisa mengkoordinasikan kekuatan dari para pendukungnya yang masih ada disana. Siapa saja mereka, tentunya hanya Ratu Kalinyamat yang tahu. Ratu Kalinyamat lebih bisa berbuat sesuatu di Jepara daripada jika Sang Ratu memilih bersembunyi ke Pajang, begitu menurut pendapat Ki Mas Manca.
Setelah berunding cukup lama, pada akhirnya, Adipati Adiwijaya memutuskan memenuhi semua permintaan Ratu Kalinyamat. Dikirimkannyalah dua puluh prajurid khusus pilihan dari Pajang dengan menyamar sebagai rombongan penari keliling. Dengan membawa seperangkat Gamelan sebagai bagian dari aksi penyamaran,ditambah lima orang pelayan wanita yang menyamar sebagai para penarinya, maka dihari yang telah ditentukan, berangkatlah mereka.
Disetiap tempat, mereka sengaja menggelar pertunjukan. Hal ini demi untuk mengelabuhi para mata-mata Jipang sekiranya keberadaan mereka tengah menjadi perhatian mereka. Dan pada akhirnya sampai juga mereka di desa dimana Ratu Kalinyamat tengah menyembunyikan diri.
Ratu Kalinyamat lantas ikut rombongan Pajang tersebut dan meninggalkan desa dimana selama ini Sang Ratu telah dirawat untuk menuju ke Jepara. Dalam perjalanan ke Jepara, rombongan tersebut juga kerap menggelar pertunjukan. Namun, Sang Ratu sengaja tidak tampil ke muka umum. Hingga pada akhirnya, rombongan ini selamat sampai ke Gunung Danaraja.
Ratu Kalinyamat dan rombongan segera menuju gua rahasia yang selama ini sangat dirahasiakan oleh Sang Ratu. Dua puluh prajurid pilihan Pajang bertugas menjaga keselamatan Sang Ratu. Sedangkan lima orang pelayan wanita bertugas melayani kebutuhan Sang Ratu. Sedangkan Ratu Kalinyamat sendiri, segera memilih tempat yang tepat, tempat yang tersembunyi dan agak gelap. Dan setelah tempat tersebut dibersihkan sedemikian rupa, Sang Ratu-pun untuk sejenak beristirahat disana sembari menunggu malam menjelang.
Begitu malam telah turun, Sang Ratu dengan diantar lima pelayan wanita, keluar dari gua menuju sungai Gajahan yang terletak tak jauh dari sana. Sang Ratu membersihkan diri disungai tersebut. Selesai membersihkan diri, beliau kembali ke dalam gua.
Ditempat yang telah dipilih, Sang Ratu melepaskan seluruh busananya hingga telanjang bulat. Rambut panjangnya diurai sedemikian rupa hingga menutupi bagian payudaranya. Ratu Kalinyamat duduk bersila. Sang Ratu bertekad, tidak akan mengenakan busananya lagi sebelum Arya Penangsang mati! ( Tempat Tapa Telanjang Ratu Kalinyamat hingga sekarang menjadi tempat ziarah. Terletak di Desa Danaraja, Jepara bagian utara, dan Sungai Gajahan masih tetap mengalir disana. : Damar Shashangka)
Dalam kondisi seperti itu, hanya pelayan wanita saja yang diperbolehkan mendekati beliau.
Diam-diam, walaupun Ratu Kalinyamat juga tengah menjalani Tapa Telanjang, melalui kedua puluh prajuirid pilihan yang menjaganya, Ratu Kalinyamat mencoba menghubungi beberapa mantan petinggi Jepara yang masih loyal kepadanya. Beberapa mantan pejabat tersebut diam-diam pula bertandang menghadap ke Gunung Danaraja. Dari sini, koordinasi mulai dibangun kembali. Ratu Kalinyamat pelahan dan pasti, mulai merapatkan barisan para pendukungnya. Kekuatan Jepara yg tercerai berai akibat gempuran Jipang Panolan, diam-diam mulai menyatu kembali.
Usaha Pembunuhan Adipati Adiwijaya.
Arya Penangsang sudah bersiap untuk menyerang Pajang. Namun Sunan Kudus masih menghalanginya. Pajang terlalu kuat untuk diperangi saat ini. Seluruh kekuatan Islam Abangan, bahkan sedikit banyak kekuatan Shiwa Buddha, kini telah merapat dalam satu barisan dibawah panji Kadipaten Pajang.
Jika Dewan Wali Sangha sudah jelas-jelas memberikan dukungan kepada Jipang, maka penyerangan ke Pajang tidaklah menjadi masalah. Karena sudah dapat dipastikan, Cirebon dan Banten, mau tidak mau akan ikut memperkuat barisan Jipang manakala Dewan Wali telah mengeluarkan fatwanya!
Kekuatan Pajang sebenarnya terletak pada sosok Jaka Tingkir sebagai pewaris tahta Majapahit. Sosok Adipati Pajang ini mampu memberikan semangat romantisme yang luar biasa akan kejayaan Majapahit. Baik pengikut dari Shiwa Buddha maupun Islam Abangan, mereka semua sangat-sangat mengagungkan Majapahit.
Sunan Kudus memberikan solusi, jika Jaka Tingkir berhasil dibunuh, maka dapat dipastikan, kekuatan Pajang akan terpecah-pecah!
Model pembunuhan seperti yang pernah dilakukan kepada Sunan Prawata yang berhasil dengan gemilang, tidak ada salahnya dicoba untuk dilakukan sekali lagi kepada Adipati Pajang tersebut.
Arya Penangsang merespon solusi yang dianjurkan oleh Sunan Kudus. Dipilihnyalah empat orang anggota prajurid Sureng, prajurid khusus Jipang Panolan, untuk menjalankan tugas rahasia tersebut.
Empat anggota prajurid pilihan yang diambil dari anggota pasukan khusus segera ditugaskan menuju Pajang. Konon, Jaka Tingkir adalah sosok manusia digdaya yang tubuhnya kebal senjata tajam. Maka, sekali lagi, Keris Kyai Brongot Setan Kober yang berhasil direbut dari dalam Kereta kencana Ratu Kalinyamat dan Sunan Kalinyamat dikala penyerangan kepada kedua bangsawan tersebut tempo hari, kini dibekalkan kepada empat orang prajurid tersebut.
Dengan menyamar sebagai pedagang keliling, empat orang prajurid khusus Jipang Panolan tersebut segera berangkat menuju Pajang. Beberapa hari mereka menempuh perjalanan dan akhirnya sampai juga di ibukota Kadipaten Pajang.
Empat orang prajurid Jipang selama tiga hari menyamar sebagai pedagang keliling. Sembari pura-pura menjajakan dagangan berupa pakaian-pakaian jadi, mereka mencoba mencari informasi seputar kondisi dan situasi Kadipaten.
Sebagai seorang prajurid khusus yang telah terlatih, mereka dengan sangat cepat mampu menandai dimana titik-titik lemah penjagaan Kadipaten Pajang.
Setelah yakin akan hasil penyelidikannya, maka pada hari keempat, tepat tengah malam, mereka segera memulai aksinya.
Malam itu, Ki Ageng Pemanahan dan Ki Juru Martani belum tertidur. Keduanya masih terjaga sembari berbincang-bincang. Namun mendadak, baik Ki Ageng Pemanahan maupun Ki Juru Martani, merasakan perubahan suasana yang aneh. Kondisi Kadipaten tiba-tiba terasa senyap. Bahkan suara burung malam yang sesekali terdengar, kini mendadak tak terdengar sama sekali. Seolah seluruh makhluk penghuni malam, telah hilang begitu saja, entah kemana. Bahkan, jengkerikpun tiba-tiba tidak memperdengarkan suara khasnya.
Suasana yang terasa aneh seperti itu membuat kedua orang ini waspada. Ki Juru Martani berbisik kepada Ki Ageng Pemanahan bahwa sepertinya ada orang yang tengah menebarkan kekuatan gaib ilmu sirep, yaitu sejenis ilmu yang dipergunakan untuk membuat orang lain tertidur pulas bagaikan mati. Ki Ageng Pemanahan segera memutuskan untuk keluar dari bilik pribadi. Dengan diikuti oleh Ki Juru Martani, keduanya segera berkeliling areal Kadipaten.
Didalam bilik peraduan, Adipati Adiwijaya juga merasakan perubahan suasana yang misterius tersebut. Malam itu, Sang Adipati tidur dengan ditemani empat orang istri selir. Keempat istri selir nampak pulas tertidur disisi kanan dan kiri Sang Adipati, mereka tertidur bagaikan mati. Hanya tinggal Adipati Adiwijaya saja yang terjaga dengan benak dipenuhi tanda tanya. Ada sesuatu yang tengah terjadi. Sang Adipati kini mulai meningkatkan kewaspadaannya. Dengan tetap berbaring telentang, Adipati Adiwijaya sengaja menyelimuti tubuhnya dengan selembar kain kemben.
Situasi sangat-sangat senyap.
Mendadak dari arah pintu kamar, lamat-lamat terdengar bunyi berisik. Mata Sang Adipati nyalang melirik ke arah pintu kamar. Jelas dari arah luar, ada orang yang sengaja berusaha masuyk secara paksa kedalam. Sang Adipati waspada. Dengan tetap dalam posisi telentang berselimutkan kain kemben, Sang Adipati siaga sepenuhnya!
Tidak berapa lama berselang, dua orang bercadar berhasil membuka pintu dan langsung masuk kedalam. Yang seorang segera bergerak kearah pembaringan dan yang seorang tetap menjaga pintu! Terlihat keris dihunus dari warangka, berkilat sesaat tertimpa cahaya pelita kamar. Dengan memegang keris terhunus dan berjalan mengendap-endap, salah seorang bercadar mendekati pembaringan Adipati Adiwijaya.
Begitu jarak sudah sedemikian dekat dengan tubuh Sang Adipati, orang bercadar tersebut secepat kilat menikamkan keris kedada Sang Adipati! Keris terayun nyalang mengarah dada!
Namun terjadi keanehan! Tusukan yang telah sedemikian tepat dan mematikan tersebut mental bagaikan mengenai lempengan besi padat! Dada Sang Adipati sama sekali tidak terluka sedikitpun! Hanya kain kemben yang dijadikan selimut tersingkap!
Orang bercadar yang menusukkan keris terkejut!! Sekali lagi dihunjamkannya keris kearah yang sama! Dan sekali lagi pula, keris mental bagai mengenai lempengan logam!
Disaat itu, Adipati Adiwijaya mendadak membuka mata nyalang! Dengan menggeram marah, Adipati Adiwijaya segera menjejakkan kakinya ke dada orang bercadar yang berusaha hendak menusukkan keris sekali lagi ke arah tubuhnya! Jejakan kaki Sang Adipati tepat mengenai dada! Tubuh orang bercadar terdorong kebelakang, lantas jatuh menimpa perabotan kamar diiringi bunyi gaduh yang nyaring!!
Bunyi gaduh akibat jatuhnya tubuh orang bercadar menimpa perabotan kamar membuat keempat istri selir terbangun! Kontan begitu menyadari ada dua orang lain yang tengah hadir didalam kamar, mereka langsung menjerit ketakutan!
Dengan bertelanjang dada, Adipati Adiwijaya bangkit dari pembaringan dan langsung menyambar sebuah keris yang menyandar disudut dinding!! Adipati Adiwijaya menghunus keris tersebut seketika! Salah seorang bercadar yang sedari tadi menjaga pintu, tanpa menunggu waktu langsung menyerang Sang Adipati! Perkelahian segera terjadi! Kegaduhan pun tercipta diiringi jerit ketakutan keempat istri selir yang kini nampak berkumpul berdiri dipojok kamar !!

Dikutip Dari Bacaan Online

Tidak ada komentar:

Posting Komentar